Program Insentif LCGC Berlanjut Hingga 2031, Dukung Keterjangkauan Kendaraan di Indonesia

Program Insentif LCGC Berlanjut Hingga 2031, Dukung Keterjangkauan Kendaraan di Indonesia

Program insentif untuk mobil ramah lingkungan, Low Cost Green Car (LCGC), akan terus berlanjut hingga tahun 2031. Langkah ini diambil untuk menjaga keterjangkauan kendaraan bagi masyarakat, sesuai penegasan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Insentif ini juga bertujuan mendukung transisi elektrifikasi kendaraan di Indonesia, meski saat ini beberapa model LCGC telah mencapai harga sekitar Rp200 juta.

Kelanjutan Program LCGC

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa insentif untuk Low Cost Green Car (LCGC) akan dilanjutkan hingga 2031. “Program LCGC terbukti berhasil meningkatkan kepemilikan kendaraan masyarakat dan mendukung industri otomotif nasional,” ujarnya.

Program ini diharapkan memberikan kepastian jangka panjang bagi pelaku industri agar dapat terus memproduksi dan mengembangkan kendaraan hemat energi di dalam negeri. Insentif ini juga penting untuk menjaga daya beli masyarakat kendati harga beberapa model LCGC telah meningkat.

Regulasi dan Implementasi

Dalam Permenperin Nomor 36/2021 mengenai Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah, LCGC dikenakan PPnBM sebesar 3 persen. Kebijakan ini bertujuan agar harga jual mobil menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat, sehingga dapat menekan harga.

Di pasar Indonesia saat ini, beberapa model LCGC yang tersedia antara lain Honda Brio Satya, Toyota Agya, Toyota Calya, Daihatsu Ayla, dan Daihatsu Sigra. Namun, terdapat juga beberapa model yang telah dihentikan produksi, seperti Suzuki Karimun Wagon R dan Datsun Go.

Kolaborasi antara Pemerintah dan Industri

Agus Gumiwang Kartasasmita menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan para prinsipal otomotif. “Pasar otomotif Indonesia sangat besar, dan industri ini telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Kita harus jaga bersama agar tidak terjadi guncangan di sektor ini,” ujarnya.

Kolaborasi ini sangat relevan dalam konteks transisi menuju kendaraan listrik dan tantangan global yang ada. Menjaga keseimbangan antara produksi lokal dan ekspor juga menjadi fokus utama demi keberlangsungan industri otomotif di tanah air.

BACA JUGA:  Ribuan Pengemudi Ojol Aksi Demonstrasi di Jakarta, Tolak Status Pegawai dan Potongan Komisi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *