Dalam pidato yang disiarkan langsung pada 17 Juli 2025, Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa mengungkapkan keprihatinan mengenai serangan rudal Israel yang menyebabkan ketidakstabilan di negara tersebut.
Sharaa menegaskan komitmennya untuk melindungi komunitas Druze dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada pemimpin lokal di Suwayda untuk meredakan kekerasan sektarian.
Prioritas Melindungi Komunitas Druze
Al Sharaa menyatakan, “Kami ingin meminta pertanggungjawaban mereka yang melanggar dan melecehkan komunitas Druze kami…” dan menekankan perlunya perlindungan pemerintah terhadap kelompok tersebut.
Ia menjelaskan bahwa pemimpin agama dan faksi lokal akan mengambil alih tanggung jawab keamanan di daerah dengan kekerasan, sesuai dengan kepentingan nasional.
Sharaa menekankan, “Kami menolak segala upaya, baik asing maupun domestik, untuk memecah belah barisan kami.”
Tanggapan Terhadap Israel
Dalam kesempatan tersebut, Sharaa memberikan pernyataan tegas mengenai Israel yang ia sebut berupaya menciptakan kekacauan di Suriah, “Entitas Israel… kini kembali berupaya mengubah tanah suci kami menjadi arena kekacauan tanpa akhir.”
Ia menegaskan bahwa meskipun tidak takut akan perang, pemerintah Suriah tetap mengutamakan kepentingan rakyatnya di tengah ketidakpastian ini, “Kami tidak takut akan perang… tetapi kami mengutamakan kepentingan rakyat Suriah di atas kekacauan dan kehancuran.”
Kekerasan dan Gencatan Senjata di Suwayda
Serangan yang dilancarkan Israel di dekat markas militer di Damaskus menambah kompleksitas situasi keamanan di kawasan tersebut, mengakibatkan setidaknya 169 orang tewas dan lebih dari 360 hilang di Suriah selatan.
Pernyataan Al Sharaa muncul setelah pengumuman gencatan senjata baru di Suwayda antara pemerintah Suriah dan pemimpin Druze, Sheikh Yousef Jarbou, yang menekankan bahwa setiap serangan terhadap Suriah juga merupakan serangan terhadap komunitas Druze.