Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengadakan pertemuan dengan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri di kediaman Mery Hoegeng, Depok, Jawa Barat, pada Senin (23/6). Pertemuan ini berlangsung dalam suasana silaturahmi sekaligus merayakan ulang tahun ke-100 Mery Hoegeng.
Kunjungan Sigit ke kediaman Megawati ini menandai momentum penting, setelah ia terlebih dahulu melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional di Kalibata sebagai bagian dari tradisi Polri menjelang peringatan Hari Bhayangkara ke-79.
Momen Pertemuan yang Bersejarah
Pertemuan ini terjadi dalam suasana penuh hormat, di mana Sigit menunjukkan penghormatan dengan mencium tangan Megawati. Dikutip dari sumber, pertemuan ini memberikan makna khusus, mengingat kritik yang pernah dilayangkan Megawati terhadap kepolisian.
Mery Hoegeng, sebagai tuan rumah, merayakan ulang tahunnya yang ke-100, memberikan nuansa kehangatan keluarga di acara tersebut. Kehadiran putri Megawati, Puan Maharani, yang juga Ketua DPR, semakin memperkaya suasana pertemuan.
Ziarah dan Tradisi Rutin Polri
Sebelum menjelang pertemuan dengan Megawati, Kapolri Sigit dan jajaran Polri melaksanakan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama di Kalibata. Aktivitas ini merupakan bagian dari tradisi Polri menjelang Hari Bhayangkara yang diperingati setiap 1 Juli.
Ziarah tersebut dipimpin oleh Kapolri dan meliputi penghormatan kepada para pahlawan, yang diakhiri dengan pembacaan doa. Sigit dan jajarannya juga melakukan tabur bunga di makam tokoh besar, termasuk mendiang Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Jenderal Hoegeng Iman Santoso.
Konteks Politik dan Kritik Megawati
Pertemuan ini berlangsung di tengah sorotan publik mengenai hubungan polarisasi antara Polri dan PDIP, mengingat Megawati pernah memberikan kritik tajam terhadap institusi kepolisian. Dalam pidatonya di DPP PDIP, Megawati menyatakan ketidakpuasan atas lambatnya respons Kapolri terhadap permintaannya untuk bertemu.
Ia menegaskan niatnya untuk berdialog, tanpa ada maksud intimidasi, dengan mengungkapkan bahwa, ‘Memangnya saya enggak boleh (ketemu). Kalau orang lain saja boleh masa saya enggak boleh.’ Ketegangan yang muncul dalam hubungan ini menunjukkan adanya dinamika politik yang kompleks, dan pertemuan ini bisa dilihat sebagai langkah positif untuk meredakan ketegangan.