Fenomena Toxic Positivity dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental

Fenomena Toxic Positivity dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental

Di era media sosial, istilah ‘toxic positivity’ mencuat sebagai pemaksaan sikap positif yang sering mengabaikan realitas sulit yang dihadapi banyak individu.

Masyarakat perlu menyadari bahwa tidak selamanya sikap optimis berlaku, terutama saat berada dalam kondisi emosional yang berat.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic positivity adalah fenomena di mana seseorang atau kelompok memberikan dorongan untuk selalu berpikir positif, meskipun situasi yang dihadapi sangat menyedihkan atau menantang.

Contoh klasiknya adalah ungkapan seperti ‘Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja!’ ketika seseorang sedang berjuang dengan masalah pribadinya.

Sikap ini seringkali muncul di media sosial, di mana konten positif mendominasi feed kita.

Kita mungkin merasa tertekan untuk selalu menunjukkan sisi bahagia kita, tanpa memberi ruang untuk perasaan yang lebih kompleks dan hak kita untuk merasa sedih atau marah.

Dampak Negatif dari Toxic Positivity

Salah satu dampak yang paling jelas dari toxic positivity adalah menjaga seseorang untuk tidak mengekspresikan semua emosi mereka.

Ketika kita merasa terpaksa untuk selalu terlihat bahagia, kita bisa menekan perasaan yang sebenarnya perlu kita hadapi.

Hal ini dapat menyebabkan kejenuhan emosional, di mana orang merasa tidak memiliki tempat untuk berbagi kesedihan atau kekecewaan mereka.

Pada akhirnya, kesehatan mental kita bisa terganggu, yang dapat berujung pada depresi atau kecemasan yang lebih parah.

Cara Memahami dan Menghadapi Toxic Positivity

Penting untuk mulai memahami bahwa tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja.

Cobalah untuk berbagi perasaan secara terbuka dengan orang terdekat, dan ingatlah bahwa mereka juga memiliki hak untuk merasakan emosi negatif.

Beralih dari toxic positivity ke sikap yang lebih realistis, seperti mengatakan ‘Saya mengerti bahwa ini sulit’ atau ‘Merasa tidak baik-baik saja adalah hal yang wajar’, bisa menciptakan dukungan emosional yang lebih sehat bagi semua orang.

BACA JUGA:  Menciptakan Sudut Baca Nyaman di Kamar Kosan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *