Dalam situasi yang semakin ramai dikaitkan dengan kemungkinan merger antara dua perusahaan teknologi besar di Asia Tenggara, Grab Holdings dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) memberikan pernyataan resmi. Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja, memastikan bahwa belum ada pembicaraan konkret mengenai rencana investasi atau kontribusi mereka dalam merger tersebut.
Pernyataan ini dimaksudkan untuk menjawab kabar yang menyebut bahwa Danantara sedang mempertimbangkan untuk mengambil alih saham minoritas dari GoTo. Langkah ini dianggap sebagai salah satu usaha untuk menjaga keseimbangan antara dominasi Grab, yang berasal dari Singapura, di ekosistem digital di Indonesia.
Pernyataan Resmi dari Danantara
Stefanus Ade Hadiwidjaja menyatakan bahwa setiap keputusan investasi dari Danantara diambil dengan penuh kehati-hatian. Prinsip manajemen risiko yang baik serta analisis potensi imbal hasil yang berkelanjutan menjadi pertimbangan utama dalam proses tersebut.
Lebih lanjut, Danantara tetap terbuka terhadap peluang investasi yang dianggap strategis, namun belum dapat memastikan keterlibatan dengan isu merger Grab dan GoTo. Sikap ini menunjukkan kehati-hatian dari lembaga investasi nasional dalam menghadapi perubahan besar di lanskap korporasi digital.
Awal Mula Isu Merger
Spekulasi terkait merger Grab dan GoTo bukanlah hal yang baru. Rumor ini mulai muncul pada akhir tahun 2020, ketika Gojek pada akhirnya memilih untuk melakukan merger dengan Tokopedia, yang membentuk entitas baru, GoTo Group.
Belakangan, isu ini kembali mencuat setelah terdengar informasi bahwa kedua perusahaan sedang mempertimbangkan berbagai opsi konsolidasi, mulai dari akuisisi total hingga kerja sama strategis. Hal ini mengindikasikan dinamika yang terus berkembang di industri teknologi Indonesia.
Tanggapan Terhadap Keterlibatan Danantara
Sejumlah pihak berpendapat bahwa keterlibatan lembaga seperti Danantara dalam proses konsolidasi ini bisa menjadi penyeimbang terhadap kekuatan modal asing di sektor teknologi. Ini semakin relevan mengingat meningkatnya kekhawatiran mengenai potensi monopoli dan dominasi dari perusahaan asing dalam ekosistem digital Indonesia.
Namun, pernyataan berhati-hati dari Danantara menunjukkan bahwa segala kemungkinan terkait merger masih berada dalam ranah spekulatif. Saat ini, keputusanakhir berada di tangan para pemegang saham dan regulator yang berwenang, sedangkan publik menanti dengan penuh harapan mengenai nasib kedua unicorn terbesar di kawasan ini.