Kebiasaan begadang kian melanda generasi Z, yang sering kali dianggap sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Namun, dampaknya terhadap kesehatan fisik dan psikologis sering kali diabaikan dan dapat berakibat serius.
Dari beragam penelitian, terungkap bahwa efek begadang tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisik, tetapi juga dapat mengganggu fungsi kognitif serta kesehatan emosional individu.
Dampak Fisik yang Terjadi
Salah satu dampak fisik paling nyata dari kebiasaan begadang adalah kelelahan kronis. Saat tubuh kekurangan tidur, energi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari menjadi berkurang, sehingga performa fisik pun menurun.
Kurang tidur juga bisa mengganggu sistem imun, membuat seseorang lebih rentan terhadap sakit. Dengan tidak cukup istirahat, tubuh tidak mampu melawan infeksi dan virus seefektif biasanya.
Tidak hanya itu, begadang juga dapat memicu gangguan metabolisme. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering begadang berisiko lebih tinggi untuk mengalami masalah berat badan dan diabetes.
Dampak Kognitif yang Mengganggu
Kurang tidur dapat mempengaruhi fungsi kognitif, seperti konsentrasi dan daya ingat. Gen Z yang sering begadang mungkin merasa sulit untuk fokus dalam pelajaran atau pekerjaan.
Sebuah studi menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat mengurangi kemampuan otak untuk memproses dan menyimpan informasi. Ini adalah salah satu alasan mengapa hasil belajar bisa terpengaruh.
Bahkan, insomnia jangka panjang akibat begadang dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi dan kecemasan.
Dampak Emosional dan Sosial
Begadang bukan hanya berpengaruh pada fisik dan kognisi, tetapi juga berdampak pada kesehatan emosional. Kelelahan dapat menyebabkan suasana hati yang buruk dan meningkatkan emosionalitas.
Pada akhirnya, interaksi sosial pun bisa terpengaruh. Gen Z yang sering begadang mungkin merasa lebih mudah tersinggung dan kesal, sehingga hubungan dengan teman-teman atau keluarga bisa tegang.
Bahkan, pola tidur yang buruk dapat membuat seseorang lebih terisolasi secara sosial, karena mereka mungkin tidak memiliki energi untuk berpartisipasi dalam kegiatan bersama.