Masyarakat kita memiliki mitos yang mengharapkan anak pertama harus kuat dan dapat diandalkan. Hal ini berujung pada tekanan emosional yang bisa berdampak negatif bagi psikologis mereka.
Asal Usul Mitos
Mitos bahwa anak pertama harus kuat sudah ada sejak lama. Dalam banyak budaya, anak pertama sering diharapkan untuk menjadi pemimpin dan memberikan contoh bagi adik-adiknya.
Tradisi ini biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan psikologi keluarga. Dalam banyak kasus, orang tua berharap anak sulung menjadi lebih bertanggung jawab sebagai bagian dari pembelajaran hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi ini dapat menghasilkan tekanan emosional dan persepsi bahwa mereka harus memenuhi harapan tinggi yang diberikan kepada mereka.
Dampak pada Psikologis Anak Pertama
Tekanan yang dihadapi oleh anak pertama tidak bisa dianggap sepele. Banyak anak sulung melaporkan merasa terbebani oleh ekspektasi untuk selalu tampil baik dan sukses.
Hal ini bisa menyebabkan masalah psikologis, seperti kecemasan dan stres, karena mereka merasa harus selalu memenuhi standar yang sangat tinggi.
Sebaliknya, anak-anak yang lebih muda mungkin merasa bahwa mereka bisa bersikap lebih santai karena tidak ada tekanan yang sama, menciptakan dinamika yang berbeda dalam keluarga.
Keseimbangan Antara Harapan dan Kenyataan
Menyeimbangkan harapan dan kenyataan adalah langkah penting dalam mendukung anak pertama. Orang tua dapat membantu dengan memberikan perhatian dan pengertian, bukan hanya menuntut mereka untuk menjadi kuat.
Mengajarkan anak-anak tentang keterbukaan untuk berbagi beban dan mengakui saat mereka merasa tidak mampu juga sangat bermanfaat.
Dengan cara itu, anak pertama tidak hanya belajar bertanggung jawab, tetapi juga pentingnya saling mendukung dalam keluarga.