Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan putranya, Maula Akbar Mulyadi, terlibat dalam perdebatan terkait acara makan bareng warga yang diadakan selama pesta pernikahan putra sulungnya pada 18 Juli 2025. Acara tersebut berujung pada tragedi, di mana tiga orang dilaporkan meninggal dunia akibat kerumunan.
Maula mengklaim bahwa penyajian makanan di Gedung Pendopo Garut tidak diumumkan secara luas, sementara Dedi menuduh bahwa acara tersebut dilakukan secara mendadak tanpa pemberitahuan kepadanya.
Pesta Pernikahan yang Menjadi Tragedi
Pesta rakyat yang berlangsung di Gedung Pendopo Garut pada 18 Juli 2025, seharusnya menjadi momen bahagia bagi keluarga Gubernur Dedi Mulyadi. Namun, situasi berubah menjadi duka saat tiga orang meninggal akibat kerumunan dan kepanikan di lokasi acara.
Kejadian tersebut bermula ketika informasi mengenai makan gratis tersebar. Maula, dalam penjelasannya, menegaskan bahwa sajian makanan hanya disiapkan untuk tamu dan personel keamanan yang sedang menunggu acara hiburan malam.
Menurut Maula, keputusan untuk menyajikan makanan di area sekitar Pendopo adalah langkah terbaik agar makanan tidak terbuang. “Lebih baik disajikan daripada makanan dibuang, kan sayang,” ujarnya.
Dalam pernyataannya, Maula juga menuturkan bahwa kegiatan makan tersebut tidak termasuk dalam agenda resmi pernikahan dan mengaku baru menyadari keramaian terpicu setelah melihat berbagai video di media sosial.
Dedi Mulyadi Menyatakan Keberatan
Dedi Mulyadi, dalam sebuah pernyataan di RSUD dr Slamet Garut, menyatakan bahwa dia tidak mengetahui acara makan bareng yang dilakukan secara mendadak. “Saya tidak mendapatkan pemberitahuan,” ujarnya, menunjukkan ketidaksenangannya atas penyelenggaraan acara tersebut.
Dedi juga menegaskan bahwa ia telah melarang kegiatan tersebut diulang dua kali, karena melibatkan banyak orang. Ia khawatir akan sulit mengantisipasi jumlah orang yang hadir, sehingga potensi risiko sangat besar.
Sementara itu, Rizal, seorang perwakilan keluarga Maula, mengatakan bahwa informasi mengenai acara tersebut baru dipublikasikan satu malam sebelum kejadian. “Yang saya tahu, itu kegiatan baru dipublikasikan tadi malam, Bapak,” kata Rizal menjawab keberatan Dedi.
Tragedi ini menyoroti pentingnya komunikasi yang jelas dan pengelolaan acara yang baik, terutama dalam situasi yang melibatkan banyak orang.
Duka yang Menyisakan Pertanyaan
Dalam beberapa jam setelah tragedi tersebut, muncul berbagai laporan di media sosial dan berita mengenai kejadian tersebut dan dampaknya. Dua puluh tujuh orang dilaporkan mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut.
Kegiatan yang awalnya direncanakan sebagai perayaan, kini menjadi peringatan bagi semua pihak, termasuk penyelenggara acara dan masyarakat. Kriminalisasi dan pengorganisasian kurang matang pada acara seperti ini harus menjadi perhatian serius.
Tragedi ini menegaskan perlunya pengawasan dan manajemen yang efisien dalam setiap acara besar, agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Masyarakat kini semakin cerdas dan hati-hati dalam menghadapi informasi, terutama yang berkaitan dengan keselamatan.